JANGAN BERPUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH SWT
Salah satu sifat tercela yang dimiliki manusia adalah menuruti bujuk rayu syetan untuk putus asa dari mengharap rahmat Allah SWT. Ketika mengalami musibah, rizki yang dirasa tidak pernah cukup, karir mandek, sakit yang berkepanjangan seringkali menimbulkan rasa lelah dan putus asa. Padahal putus asa adalah salah satu sifat orang kafir, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 87 :
يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ
Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
Apakah kita mau mewarisi sifat orang kafir ? jawabannya tentulah tidak karena sepantasnya kita malu kepada Allah SWT karena telah diberi Allah nikmat yang sangat banyak sampai dua kali air di dalam lautan itu kita jadikan sebagai tinta hal ini tidak akan mampu menulis nikmat Allah.
Membebaskan diri kita dari putus asa dan bangkit dari keterpurukan Ruhani, dapat kita lakukan dengan jalan mengenang dan mengingat besarnya ampunan Allah, lebar karunianya luas Rahmatnya dan kepastian janji-Nya. Seberat apapun beban yang kita pikul, sakit yang kita rasakan tidak boleh menjadikan kita orang yang lemah secara mental.
Dalam pembahasan ini penulis ingin membahas tentang alasan mengapa kita tidak boleh putus asa ketika sakit, sakit yang kita derita, mengajari kita nilai sebuah nikmat-Nya yang agung yakni kesehatan. Ketika berbagai penyakit berbahaya bersemayam ditubuh, menyadarkan kita bahwa sehat itu mahal harganya. Tak bisa ditukar dengan deposito trilyunan, gunung emas, intan berlian.
Bencana, musibah,ujian, sakit dan cobaan yang menyapa kitaberfungsi sebagai parameter mutu keimanan kita kepada Allah SWT. Seseorang yang mendapatkan Ujian sesuai dengan kadar keimanan yang dimilikinya. Dalam surat Al – Ankabut Allah SWT berfirman.
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Jadi sakit yang sedang mendera, semoga ini hanya sebagai ujian dancobaan hidup, yang menjadi saringan dan seleksi alami bagi orang yang beriman. Tentu dalam sebuah tes atau ujian ada yang mudah untuk dilalui namun terkadang juga adakalanya sulit dan berat kita sebagai seorang muslim tentunya pernah mengalaminya. Manusia yang lulus dari ujiannya adalah manusia yang jujur dengan keimanannya.
Bagi seorang Muslim yang sakit maka sebaiknya diantara perasaan sedih, khawatir, yang harus dilakukan adalah berprasangka baik kepada Allah SWT. karena ketika seorang muslim sakit ini menandakan Allah sedang sayang kepadanya. Dalam kesakitan yang sedang dirasakan Allah SWT sedang memberinya hadiah, diantara hadiah itu adalah :
- Terampuninya dosa, Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai pun duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya. (HR. Bukhari)
- Allah sedang ingin menaikkan derajatnya. Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah). (HR. Bukhari)
- Sarana Menggapai surga. Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu. (HR. Ath-Thabrani).
- Allah pasti memberikan jalan keluar. Mereka bertanya, "Ya Rasulullah, apakah kami berobat?" Beliau menjawab, "Ya, wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan pula penyembuhannya, kecuali satu penyakit yaitu penyakit ketuaan (pikun)". (HR. Ashabussunnah).
Sebagai seorang manusia yang sedang didera sakit memang wajar ketika kita mengeluh, yang tidak boleh adalah kita larut dengan perasaan putus asa. Kita yang mengaku beriman kepada Allah SWT seharusnya mampu untuk menguasai hati kita sehingga mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah SWT dan jauh dari sifat Putus asa. Amin