Jumat, 28 Juli 2023
Stunting Banyak Dibicarakan di Hari Anak Apa sebenarnya dan bagaimana penanganannya
Stunting adalah masalah kesehatan yang serius di berbagai negara, terutama di negara berkembang. Stunting terjadi ketika anak memiliki panjang atau tinggi badan lebih pendek dari standar usianya. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada masa pertumbuhan, terutama selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari masa kehamilan hingga usia 2 tahun. Stunting dapat menyebabkan dampak buruk pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak, termasuk rendahnya Intelligence Quotion (IQ) dan kapasitas fisik, sehingga dapat berdampak negatif pada masa depan. Efek jangka panjang juga berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh dan kemampuan oksidasi lemak. Penegakan diagnosis stunting oleh dokter berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pengukuran antropometrik. Pengukuran tersebut meliputi pengukuran berat badan, tinggi atau panjang badan, dan lingkar kepala. Selain pengkuran tersebut mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya tergantung pada kondisi yang mendasari.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia pada Tahun 2022 sebesar 21,6%, turun sebesar 2,8% dari Tahun 2021 yang memiliki prevalensi 24,4%. Meskipun menunjukkan tren yang menurun, namun masih tergolong tinggi dan menjadi perhatian serius dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan generasi muda di Indonesia.
Pencegahan stunting terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer dilakukan oleh kader di posyandu, diantaranya berupa pemantauan pertumbuhan, pengukuran panjang atau tinggi dan berat badan, serta pemberian edukasi. Pencegahan sekunder dilakukan oleh dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), dan pencegahan tersier dilakukan oleh dokter spesialis anak di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) seperti rumah sakit.
Tata Laksana Stunting
Tata laksana stunting meliputi tata laksana medis sesuai kondisi yang mendasari, tata laksana nutrisi dan non-nutrisi, perbaikan kualitas tidur, serta aktivitas fisik. Beberapa langkah penting dalam tata laksana stunting diantaranya:
1. Pemantauan Pertumbuhan: Penting untuk secara rutin memantau pertumbuhan anak sejak lahir hingga usia 2 tahun. Pemantauan ini memungkinkan identifikasi dini stunting dan intervensi pada waktu yang tepat. Gejala stunting dapat ditandai dengan tubuh yang lebih pendek dibanding anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal namun anak terlihat lebih kecil dari usianya, berat badan yang rendah, atau terlihat pertumbuhan tulang anak yang tertunda.
2. Pemberian Makanan Bergizi: Meningkatkan asupan makanan bergizi adalah kunci dalam mengatasi stunting. Ini termasuk memberikan makanan bayi dan balita yang kaya akan zat gizi esensial seperti protein, zat besi, vitamin A, dan kalsium. Pada balita usia di atas 6 bulan, perlu diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) dengan kadar protein yang yang disesuaikan dengan usianya.
3. ASI Eksklusif: Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi dapat membantu mencegah stunting. ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi untuk tumbuh dengan optimal.
4. Jadwal tidur yang teratur dengan durasi yang cukup, serta aktivitas fisik atau olahraga yang teratur.
5. Akses air bersih yang memadai, sanitasi yang baik, dan pengobatan penyakit infeksi.
6. Perawatan kesehatan yang terjangkau: meningkatkan akses masyarakat, terutama di daerah pedesaan, ke fasilitas kesehatan yang memadai akan membantu dalam mendiagnosis dan mengatasi stunting.
Pencegahan Berbasis Komunitas
Pencegahan stunting perlu dilakukan secara holistik dan berbasis komunitas. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah:
1. Pendidikan Gizi: memberikan edukasi kepada ibu hamil dan ibu menyusui mengenai pentingnya pola makan yang seimbang dan gizi yang cukup bagi pertumbuhan anak.
2. Pemberian suplemen khusus kepada ibu hamil, bayi dan balita di wilayah dengan risiko tinggi stunting; contohnya seperti tablet zat besi untuk ibu hamil dan vitamin A untuk balita
3. Meningkatkan akses terhadap fasilitas sanitasi yang baik dan air bersih akan membantu mencegah penyakit infeksi yang berkontribusi pada stunting.
4. Kolaborasi dan peran aktif multi-sektor yang melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, untuk bekerja sama dalam upaya pencegahan stunting. Posyandu memegang peranan utama dalam pencegahan primer, dengan rutin membawa anak ke posyandu minimal satu bulan sekali dapat dilakukan deteksi dini terhadap stunting.
Dengan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, diharapkan stunting dapat dikurangi secara signifikan, sehingga menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif di masa depan. Mari kita berjuang bersama mewujudkan generasi muda dengan tumbuh kembang maksimal, Cegah stunting itu penting. (Imanda)