Rabu, 9 Februari 2022
Persaudaraan dalam Islam
Seorang muslim dengan muslim lainnya adalah saudara. Ibarat anggota tubuh yang menyatu, apabila satu bagian terganggu/sakit, maka rasa sakit itu akan dirasakan hampir oleh semua organ tubuh. Dan reaksi atas sakit tersebut juga akan dimunculkan oleh organ tubuh lainnya, seolah-olah antar satu dengan yang lain ingin saling melindungi & membantu.
Rosullullah SAW adalah manusia yang paling mulia dan kuat dalam menanamkan nilai-nilai tersebut. Generasi yang hidup di masa Beliau merupakan generasi terbaik dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam hubungan persaudaraan, bahkan pada saat sakaratul maut menjemput, kepentingan saudara seiman lebih diutamakan daripada kepentingannya sendiri. Berikut sepenggal kisah persaudaraan yang sangat mulia, Kisah persaudaraan karena Islam .... sungguh Indahnya....
Pasca perang yarmuk yang dasyat itu, Hudzaifah Al-adaway mencari saudara sepupunya dengan membawa sedikit air. Ia berjanji dalam hati jika menemukan sepupuya telah meninggal, ia akan mengusap wajahnya dengan air. Setelah berjalan kesana kemari akhirnya saudara sepupunya itu ketemu. Ia terluka parah, dan darah merembes keluka-luka bekas. Sabetan pedang, tusukan tombak, ataupun terkena anak panah. Nafasnya tersengal-sengal. Ia menghadapi sakarotul maut. Tangannya mengisyaratkan untuk meminta air minum. Hudzaifah segera menyodorkan kantong air yang sedari tadi dibawahnya.beberapa senti sebelum dari ujung kantung itu menyentuh bibirnya, ada suara lemah terdengar.”Aiir...Air.....! demi mendengar suara itu saudara sepupu hudzaifah mengisyaratkan untuk mencari pemilik suara itu dan memberikan kantung air yang hampir diminumnya itu kepadanya. Tanpa kesulitan yang berarti hudzaifah mendapatinya. Ia juga tengah sekarat. Segera disodorkan kantung air kepadanya. Beberapa senti sebelum menyentuh bibirnya, terdengar suara, ”Aiirr..Aiir...!”seperti saudara sepupunya orang itu yang ternyata hisyam bin Al-Asy mengisyaratkan supaya kantung air itu di berikan kepada sipemilik suara lemah itu. Hudzaifah segera mencarinya. Ketika ia menemukan suara itu, ia telah menghembuskan nafas terakhirnya. Hudzaifah segera kembali ke hisyam, ia pun telah meninggal. Lalu hudzaifah bergegas menjumpai saudara sepupunya, dan ia pun meninggalkan alam fana ini untuk selamanya. Air minum tiga syuhada’ itu masih ditangannya. Air dari surga lebih berhak untuk membasahi kerongongan mereka.
Tiga puluh orang yang datang berkunjung ke rumah Hasan Al-anthaki, suatu senja. Berbagi rasa, berbagi ilmu, da berbagi pengalaman mereka lakukan disana. Usai melakuka sholat fardlhu berjamaah tibalah saat akan malam. Hasan Al Anthaki tidak memiliki sesuatu untuk menjamu mereka. Merekapun telah kehabisan bekal. Yang tersisa hanyalah beberapa keping roti kering yang tidak bisa mengenyangkan sebagian perut mereka. Maka mereka sepakat untuk menemukan roti kering itu, supaya muda diambil. Setelah menemukanroti tersebut mereka memadamkan lampu, dan duduk bersama mengelilingi nampan berisi remah-remah roti itu untuk menyantapnya. Masing-masing orang yang hadir disitu mendengar suara kunyahan saudaranya. Tidak ada yang tidak mengunyah. Beberapa saat kemudian, nampan tempat remah-remah roti itu diberesi. Pelayan Hasan Al-Anthaki heran, remah-remah roti tersebut masih utuh, tidak berkurang sedikitpun. Rupanya, mereka bertiga puluh adalah orang-orang yang mengerti benar etika menjalin persaudaraan diatas ikatan iman. Mereka berpura-pura makan asalkan saudaranya bisa makan dengan kenyang. Mereka tidak memperdulikan diri mereka sendiri yang kelaparan.
Merekalah sebaik-baik teladan.